KATA PENGANTAR
QS. Maryam, 19 : 4 – 6
“ Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.
Dan sesunggguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugrahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub ; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
Kisah Nabi Zakariya yang merintih mengharap mawali menunjukan bahwa anak shaleh, anak yang Rabbi Radiah, ( diridhai Allah ) dikaruniakan kepada orang tua sebelum anak itu lahir mempersiapkan diri dengan niat dan munajat (mempersiapkan diri secara spikis dan spiritual melalui taqarrub Illallah sejak awal jauh sebelum bayi lahir )
Untuk memiliki anak yang mencintai dan dicintai Allah, maka kita sebagai orang tua harus mengubah jiwa kita sebelum anak – anak kita lahir, sehingga ketika Allah mengaruniai kita anak, kita telah siap menyambutnya dengan penuh cinta dan keihklasan untuk mendidik mereka menuju Allah.
Lahiran anak adalah dimulainya babak berikutnya yang lebih menuntut kesabaran dan keihklasan untuk mendidiknya sebagai ibadah kepada Allah.
Mendidik anak memerlukan keterlibatan yang penuh utuh dan tulus dari orang tua sepanjang proses pendidikan berlangsung. Kesabaran dan kasih sayang merupakan dua hal penting dalam mendidik anak
Tarbiyah tidak sekedar ta’lim (pengajaran atau pendidikan verbal ) namun tidak sedikit orang tua yang merasa cukup dengan telah mengajarkan, tapi tidak memberikan pendidikan tentang pengajaran tersebut
PENDIDIKAN DINIYAH SEPANJANG PERKEMBANGAN ANAK
ARTI DAN ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DINIYAH TERHADAANAK
Arti pendidikan diniyah yaitu suatu uapaya baik berupa pengajaran, contoh sikap dan perbuatan yang dilakukan untuk membentuk karakter dan prilaku yang sesuai dengan tuntunan Dienullah.
Dasar-dasar pendidikan Dienullah
HR. Abu Hurairah
Setiap diri dilahirkan dalam keadaan fitrah kemudian orang tuanyalah yang meyahudikan dan menasranikan.
QS. 30 : 30 - 31
“ Maka hadapkanlan wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (Tetaaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Dengan kembali bertobat kepadanya dan bertaqwalah kepada-nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.
QS. 66 ; 6
Hai orang-orang yang beriman perihalalah dirimu dan keluargamu yang bahan bakarnya adalah mnausia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan aapa yang diperintahkan.
Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah dan mempunyai kewajiban untuk memelihara fitrah tersebut, sementara fitrah itu sendiri akan terpelihara dengan tiga hal ;
Bertaqwa kepada Allah, menjauhi larangan dan menjalankan perintah
Menjalankan syari’at
Berpegang kepada tauhid dan menjauhi kemusyrikan
Sebelum manusia itu baligh, kewajibaan itu ada pada orang tuanya, maka kewajiban orang tua menanamkan pendidikan diniyah pada diri anak hingga mencapai usia baligh.
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DINIYAH
Pendidikan Aqidah QS. 31 : 13 – 16
Pendidikan syari’at QS. 31 : 16 – 17
Pendidikan Akhlaq
QS. 31 : 12 Bersyukur kepada Allah
QS. 31 : 14 Berbakti kepada orang tua
QS. 31 : 18 Menjaga diri dari sifat angkuh / sombong
QS. 31 : 19 Sederhana
PENDIDIKAN DINIYAH DALAM SETIAP TAHAP PERKEMBANGAN ANAK
Pendidikan Diniyah Selama dalam Kandungan
Pendidikan aqidah
Melahirkan adalah jihad. Kehamilan, persalinan dan melahirkan adalah amanah Allah, dan kita menjadikan perjuangan yang berat itu mitsaqon ghalidza. Ketika dalam rahim sudah tumbuh buah hati, seorang ibu harus ikhlas, sabar dan tawaqal dalam menerimanya.
Pada tahapan ini kondisi psikis rohani ibu sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak. Pada tahapan ini keadaan jiwa, sikap, perilaku dan kebiasaan seorang ibu selama kehamilan adalah cara yang epektif untuk menanamkan pendiddikan aqidah. Sikap jiwa yang dibangun pada masa kehamilan akan membentuk kondisi jiwa pada anak (pendiddikan aqidah)
QS. 19 : 22
“ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan dirri dengan kandungannya itu ketempat yang jauh.”
Upaya menanamkan pendidikan aqidah sejak dalam kandungan, seorang ibu hendaklah ikhlas menerima kehamilannya dan hanya mengharap keridhaan Allah, yaitu dengan kebulatan tekad menyatakan kehamilannya sebagai ibadah kepada Allah, sekaligus sebagai upaya untuk melahirkan keturunan yang mereka mencintai Allah dan dicintai Allah dalam QS. 5 : 59
Memperbanyak dzikir kepada allah karena setiap getaran lisan dan hati ibu akan berdampak besar bagi anak
Memperbanyak dan memperpanjang sujud.
Sujud adalah saat-saat yang paling tepat antara hamba dengan Allah, seluruh rangkaian ibadah shalat adalah perjumpaan dengan-Nya. Sujud adalah saat dimana hamba begitu dekat dengan Allah, karena itu memperpanjang sujud berati saat-saat berdekatan dengan Allah.
Perbanyak bermukalamah dan berdo’a kepada Allah serta ajaklah bayi yang berada dalam kandungan untuk ikut bermukalamah dengan kita, ajak dia untuk bersyukur kepada Allah, kenalkan dia dengan kholiqnya bahwa keberadaannya dalam kandungan kita adalah karunia yang Allah berikan kepada kita.
Pendidikan syari’at
Periharalah ibadah kita, laksanakan apa yang menjadi perintah dan jauhi apa yang menjadi larangan.
Ajaklah bayi kita dalam setiap peribadahan yang akan dilakukan
Miss. Ketika hendak berwudlu ajak dia berwudlu
( Ade …. Sekarang ibu mau berwudlu, ade ikut berwudlu yach…(sambil mengusap perut) jangan lupa membaca do’a
Ibadah lisan seperti membaca Al-Qur’an, berdo’a, berdzikir, hendaklah dilafalkan(dengan suara sedikit dikeraskan)
Semakin membesarnya kandungan kita, jangan pernah menjadi halangan bagi kita untuk memperbanyak ibadah, atau mengurangi kebiasaan-kebiasaan baik kita sebelum mengandung dengan alasan membesarnya kandungan.
Pendidikan Akhlaq
Pendidikan dalam tahap ini sangat berkaitan dengan kondisi mental, jiwa, kebiasaan ibu semasa kehamilan.
Mental yang harus dipelihara yang akan membentuk kepribadian anak seperti :
Depresi (stress) misalnya ;
Seorang ibu siap menerima kehamilan yang pertama, kedua dan ketiga, namun ketika kehamilan keempat, kelima dan seterusnya bisa saja sang ibu tidak siap menerimanya walaupun tidak diungkapkan, tapi kondisi ketidaksiapan jiwa ibu itulah yang menyebabkan depresi yang menyebabkan ibu kurang respon dalam mendidik anak. Sedang kurangnya keterlibatan emosional pada saat mengandung, menyusui dan sebagainya akan mempengaruhi perkembangan mental dan kepribadian anak. Akibatnya anak akan rewel, sulit diatur dll. Maka dalam tahap ini kondisi mental yang harus dipelihara.
a. Ikhlas, menerima sehingga keterlibatan emosional itu tetaap terpelihara.
b. Sabar, memiliki kepribadian yang tegar dan tangguh, tidak cepat terpancing emosinya dan sebagainya.
Contoh kasus :
Ketika kita sedang hamil, kita dihadapkan dengan kondisi anak yang masih kecil-kecil, sementara dilain pihak kitapun dihadapkan dengan tugas tugas rumah tangga, dan pada saat itu kita belum memiliki kesiapan mental untuk menghadapinya,maka sabar adalah solusinya. Pada dasarnya setiap orang mampu untuk bersabar karena pada dasarnya kesabaran adalah pemberian Allah, asal kita mempunyai keinginan dan upaya untuk mecapai kesabaran.
a. Berpikir positif ,jauhi berburuk sangka(su’udzon).
b. Ajaklah anak kita terlibat dalam harapan kita, kondisi kehamilan kita. Ceritakan bahwa dalam perut kita ada bayi kecil yang kelak akan menjadi adiknya.
c. Riyadhah(berlatih) untuk sabar.
d. Pikiran jangan tegang, lihatlah segala sesuatunya dengan tenang dan hati yang lapang
e. Berbagi cerita dengan suami(curhat kepadanya) setidaknya dengan demikian minimal kita mendapat tausyiyah juga dukungan spirit dari suami.
f. Pada dasarnya semua orang mampu bersabar.
Cobalah mengkaji, bagaimana selama ini kita memandang suatu permasalahan. Jika kita memandang setiap ujian yang datang kepada kita adalah suatu wujud kasih sayang Allah tentulah kita akan lebih menikmatinya. Insya Allah.
Ajak anak-anak kita berbicara,ungkapkan yang menjadi harapan kita. Ceritakan kepada anak kita tentang keberadaan janin yang kita kandung yaang kelak akan menjadi adik barunya, libatkan perasaan anak dengan kehadiran adik kecil dalam kandungan kita. Inysa Allah.
c. Tawakal, Al hapidz Abu ya’la Al Maushila dlm musnadnya dari anas ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah Allah memberi kenikmatan kepada seseorang hamba baik berupa keluarga, harta, dan anak maka hendaklah berkata’semua atas kehendak Allah dan tidak ada kekuatan kecuali dari Allah’ maka dia tidak akan menemui cacat padanya selain kematian.”
2.2. Pendidikan Diniyah Tahap ke dua, Usia 0 sampai 1 tahun dalam Perkembangannya
Masa ini adalah masa peralihan dari hidayah ilham, yaitu kondisi anak yang masih fitrah{memiliki kecenderungan terhadap tauhid}kepada hidayah khawas yaitu kondisi dimana anak hanya menggunakan hidayah indera untuk merespon apa yang di dengar, dilihat dan dirasakan dari sekitarnya.
Perkembangan Bayi Usia 0 – 1 Tahun, berkaitan dengan Pendidikan yang Harus Disampaikan dan Diupayakan :
@ Bayi usia 12 jam secara sinkropn menggerakan kepala dan badan
ke arah suara, dan bayi lebih menyukai suara manusia dari pada
mainan. Paka kalimat yang pertama harus diperdengarkan yaitu l
antunan suara adzan dan iqamah
@ Bayi usia 1 minggu secara “aktif “merespon terhadap pembicaraan
dan rangsangan-rangsangan yang diberikan, maka berikan
rangsangan positif kepada anak berupa kalimat kalimat dzikir
sederhana.
@ Bayi usia 2 minggu akan menangis seperti merintih ketika merasa
dirinya kurang mendapat perhatian, sebaliknya ketika anak
mendapat rangsangan sosial yang menyenangkan bayi akan
tersenyum, terutama rangsangan berupa wajah manusia, tatapan
mata, serta “ajakan” berbicara dan ibu merupakan lingkungan sosial
terdekat yang dibutuhkan untuk perkembangan kepribadian
anak.Paka pada usia ini ibu harus lebih banyak berbicara kepada
bayi untuk memberikan “pendidikan” yang diperlukan bagi
perkembangan fisik, kehalusan perasaan, ketajaman pikiran dan
kekuatan Iman dan Islam.
@ Pada usia 3 bulan bayi sudah dapaat menirukan ‘suara ibu ‘, maka
hendaklah sang ibu harus sering mengajaknya dialog, misalnya
bertanya kepada bayi tentang cita-citanya. Tangkaplah responnya
ketika bayi mengatakan “ Uh…Uh…uh…”, “a…a…a…a..” atau
bergumam. Kita bisa juga monoplay, bertanya kepada bayi dan
kemudian memerankan diri sebagai bayi untuk menjawab
pertanyaan
ibunya :
misalnya :
ibu : O, Nisaa maau shalat yach ? iya ?
nisa : A…a…a….
Ibu [memerankan nisa ] : Iya ibu…Nisa mau shalat…Allahu
Akhbar.
@ Pada usia 4 bulan bayi merasa senang ketika ibu mendekatkan wajah
kita ke wajah bayi, bertatapan mata dengan ibu, menarik hati anak.
Kita bisa mengenalkan nama-nama benda. Ajaklah bayi ke
pekerangan rumah, gerak-gerakan bunga di depan kita, sebutkan
nama bunga itu sambil ceritakan hal yang ‘perlu diketahui’ bayi,
kenalkan dengan penciptanya. Waupun pada usianya memang
belum mengerti betul makna ucapan-ucapan kita karena hidayah
indera saat ini yang lebih mendominasi, Tetapi kita akan terbiasa
mengucapkan kalimat serupa sampai bayi dapat memahaminya
karena walau hidayah aqalnya belum berfungsi namun mata, telinga
dan indra lainnya sudah dapat merekam apa yang didengar, dilihat.
mata, telinga dan indra lainnya sudah dapat merekam apa yang
didengar, dilihat dan dirasakan.
:
.
sehingga pada saat ini peranan orang tua untuk memberikan rangsangan-rangsangan positip adalah sangat penting seperti :
A. Sambutlah kehadiran anak dengaan ikhlas dan sabar, karena apapun yang Allah anugerahkan kepada kita adalah karunia Allah yang terbaik. Anak kita tidak pernah meminta untuk dilahirkan dari rahim kita, namun janin itu telah tumbuh dan lahir dari rahim kita, maka itu adalah amanah dari allah yang wajib kita jaga, pelihara sesuai dengan keinginan Allah yang telah menitipkan amanah itu.
Adapun sam,butannya antara lain :
2.2.1. Persiapan kita menyambut anak
§ Berdo’a dan beristighfar serta berdzikir kepada Allah Q.S . 25:74,/19:5-6, 3:38
§ Bertawaqal kepada Allah, QS. At-Thalaq : 2 – 3
2.2.2. Penuhi hak-hak bayi saat melahirkan yaitu :
§ Mengumandangkan adzan di telinga kanan dan iqamah ditelinga kiri, sehiongga yang pertama kali didengar oleh sang bayiadalah suara dan nilai tauhid kepada Allah, juga sebagai seruan atau ajakan pertama kepada nilai-nilai dasar Islam (Syare’at)
§ Mentahnik bayi,yaitu mengunyah kurma dan semisalnya kemudian di oleskan kelangit-langit pada mulut bayi
§ Menyusui bayi, Menyusui anak termasuk pilar pendidikan yang paling urgen, sehingga hal ini sangat di anjurkan oleh Allah dalam Al quran. Kepada semua kaum Ibu agar menyusui anak-anak mereka secara sempurna dari air susu mereka sendiri sebab hal itu akan memberi pengaruh baik dan positif bagi bayi.
Allah berfirman dalam QS. 2 : 233 yang artinya :
“ Para ibu hendaklah menyukin anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi orang yang ingin menyempurnakan penyusuannya.”
Seorang ibu memberikan pendidikan yang “sangat berpengaruh” dan langsung melalui berbagai aktivitasnya selama menyusui, sentuhannya, tatapan matanya, ketulusaan hatinya, dekapannya selama menyusui, beberapa hal hal berikut dapat kita jadikan pertimbangan :
1. siapkan diri sebelum menyusui, agar kita memiliki keterlibatan jiwa yang total selama menyusui.
2. perhatikan bayi kita ketika kita memulai memasukan putting kita ke mulut bayi
3. Ucapkan basmallah ketika mulai menyusui dengan tulus dan suara agak dikeraskan sehingga terdengar bayi. Niatkan hal ini sekaligus sebagi sentuhan tauhid kepada bayi
4. Bayi akan senang jika selama menyusui, kita memperhatikannya dengan berbicara kepadanya. Penuhi kebutuhannya untuk mendengarkan “ nasehat” dengan mmmembacakan ayat ayat Al-Qur’an. Ciumlah bayi setiap kali kita selesai membacakan surat atau rangkaian ayat-ayat. Atau belailah kepalanya
5. Dekaplah bayi selama menyusui dengan dekapan yang erat.
6. Tataplah bayi selam menyusui
7. Berikan ketenangan jiwa bayi dengan ketenangaan jiwa kita.
8. setiap kali menyusui ambillah sikap yang baik. Dan pada tempat yang baik. Karena menyusui merupakan tahap awal untuk mendisiplinkan dan membentuk siokap bayi
9. Akhiri menyusui dengaan HAMDALAH secaara tulus dan suara agak di keraskan, hingga terdengar bayi.
§ Aqiqah
Aqiqah adalah sebutan hewan yang disembelih untuk anak yang lahir dan aqiqah adalah haq yang wajib ditunaikan orang tua untuk anak, dua ekor untuk anak laki-laki, satu ekor untuk anak perempuan.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid secara marfu bahwa Rosulullah SAW bersabda :
“Aqiqah suatu haq(setiap anak lahir) anak laki-laki dua kambing yang sempurna dan anak perempuan satu kambing.”
§ Memberi nama pada anak ;
Abdul Hasan meriwayatkan bahwa suatu hari seorang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW :” Ya Rasulullah, apakah hak anakku terhadapku ?
Nabi SAW menjawab : “ Engkau baguskan nama dan pendidikannya, kemudian tempatkan ia di tempat yang baik.’
“ Baguskan namamu, karena dengan nama itu engkau akan dipanggil pada hari kiamat nanti.”
Nama adalah do’a. Kita meletakan harapan kepada anak kita melalui nama yang kita berikan. Memberikan nama merupakan salah satu langkah awal dalam mendidik anak.Bagaimana memberi nama yang baik kepada anak ?
1. Nama yang diberikan harusmemiliki makna
2. menghindari nama yang rancu.
3. memberi nama yang Islami
§ Mencukur rambut bayi
Dari Abu Rafi bahwa Nabi SAW berkata kepada Fatimah ketika melahirkan Al Hasan
“Cukurlah rambutmu dan bersedekahlah seberat timbangan rambut tersebut dengan perak kepada orang orang miskin”
§ Khitan
Dari Abu Ayub Rasulullah bersabda :
“Empat perkara termasuk sunnah para rasul, khitan, mengenakan wewangian, siwak dan nikah.
Dari Akhmad dari Syidad bin Aus ra. Dari Nabi SAW, bersabda ;
“Khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kemulyaan bagi kaum wanita.”
2.3. Pendidikan Anak Usia 1 – 5 Tahun dalam Perkembangannya
Pada usia ini orang tua hendaaklah mendidik, membimbing dan mengarahkan dengan lembut dan santun kepada anak karena hal ini sangat memberikan pengaruh besar dalam suksesnya proses pendidikan dan pembentukan kepribadian usia BALITA
Dari Aisyah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“sesungguhya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya dan tidaklah dicaabut dari sesuatu kecuaali akan
merusaknya.”
2.3.1.1. Mengajarkan anak Tauhid
2.3.1.2. Mengajarkan kepada anak Rukun Iman yang 6 yaitu Iman kepada Allah, Para Malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari akhir serta kepada Taqdir yang baik dan yang buruk.
2.3.2. Pendidikan Syare’at :
fase ini adalah masa pertumbuhan kesadaran anak sehingga umur 7 tahun. Pada masa ini anak gemar melihat dan meniru, ketika anak melihat kedua orang tuanya sedang shalat, maka dengan cepat menirunya, sehingga bila kedua orang melatih dan membiasakan hal itu sejak dini, yang demikian itu lebih baik. Apabila anak terbiasa melakukan shalat sejak usia anak-anak, maka ia akan mencintai shalat dan tidak malas atau tidak mau mencintainya.
Dari Abdullah bin Khubaid bahwa Nabi SAW bersabda :
“Jika anak kecil sudah bisa membedakan antara kanan dengan kiri, maka perintahkan untuk shalat.
2.3.2.1. Zakat
mengajarkan anak bahwa zakat adalah pembersih jiwa dan merupakan ibadah yang wajib dengan memberikan contoh keteladanan dari orang tua dalam hal menafkahkan harta dengan melibatkan anak dalam hal tersebut
2.3.2.2. Puasa
Al-Auzaai berkata,”bila seorang (anak) telah mampu berpuasa tiga hari berturut-turut dengan tanpa merasa lemah mak ia sudah mulai disuruh puasa.”
Dan diantara perhatian para sahabat ra. Terhadap pengajaran puasa terhadap anak-anak adalah mereka membuat mainan buat anak-anak ketika mereka berpuasa agar mereka terhibur dengannya sehingga ttidak merasakan lamanya siang hari.
Al Buhari Muslim meriwayatkan dari Ar Rabi’ binti Mu’awidz, katanya, “ Rosulullah SAW. Mengirim seseorang pada pagi hari asyura untuk pergi ke kampung-kampung orang-orang anshar seraya menyerukan, ‘barang siapa pada pagi harinya dalam keadaan berpuasa maka sempurnakanlah puasanya dan barang siapa pada pagi harinya dalam keadaan berbuka maka berpuasalah pada sisa harinyaa itu,’ maka setelah itu kami berpuasa dan membuat anak-anak berpuasa, kamipun pergi ke mesjid lalumkami membuat maainan dari bulu. Bila salah seorang diantara mereka ada yang menangis karena meminta makanan, kamipun memberikan mainaan itu kepadanyaa hingga hari menjelang berbuka.
Dalam hadits tersebut terdapat hujah tentang disyare’atkannya melatih anak-anak untuk melaatih berpuasa.
Melatih anak-anak berdo’a kepada Allah ketika berbuka puasa.
2.3.3.4.Thaharoh
· Biasakan anak bersuci (cebok) buang air.pada usia 1-4 tahun masih dapat dibantu oleh orang dewasa (muhrim) dan ketika usia 5 tahun mulai diajarkan bersuci sendiri
· Mengajarkan anak cara-cara berwudhu, baik secara langsung ataupun melalui media yang lainnya
2.3.3.5. Haji
Ibnu Sunni meriwayatkan dari Ibnu Umaar ra. Dia berkata, “seorang anak datang kepada Nabi SAW. ‘ Aku ingin berhaji,’ iapun berjalan bersama Rasulullah SAW. Lalu dia bersabda, ‘Hai anaku, semoga Allah membekalimu dengan taqwa dan mengarahkanmu kepada kebajikan dan memenuhi hasratmu.’ Ketika anak itu kembali kepada Nabi SAW. Beliau bersabda,’hai anaku, semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu dan menggantikan nafkahmu.”
Membiasakan anak-anak dengan etika dan akhlaq Islaam karena hal ini termasuk kaidah yang dibuat Islaam untuk mendidik anak agar interaksi anak dengan orang lain selalu dibangun atas akhlaq yang mulia. Inti pendidikan tersebut mencakup iman dan taqwa kepada Allah, mengamalkan syare’at dan menerapkan sunnah dalam kehidupan sehari-hari.
Diatara etika dan kebiasaan Islam yang lurus dan hanif adalah sebagai berikut :
2.3.3.1.Mengucapkan salam sebagai penghormatan seorang
muslim.yaitu Ucapan, ASSALAMU’ALAIUKM WR. WB.
Pada setiap perjumpaan ataupun perpisaahan.
Mengjaaari anak tentang wajibnya mengucapkan salam, dengan membiasakan anak mengucapkan salam maka anak akan terhindar dari kebiasaan cara-cara penghormatan orang-orang jahiliyah.
Etika meminta idzin :
§ Ajari anak meminta idzin kepada orang tua ketika hendak mellakukan sesuatu, ataupun ketika hendaak menggunakan sesuatu yang bukan miliknya.
§ Mengajari atau melatih anak membiasakan ijin ketika memasuki kamar orang tuanya pada saat saat khusus bagi kedua suami istri yaitu sebelum waktu subuh, ketika dzuhur, dan setelah shalat Isya dalam QS. 24 : 58
2.3.3.3.Etika berbicara
· Biasakan bertuturkata lembut, tidak kasar dan tidak dengan suara yang tinngi. Hal ini tentunya tidak bisa terlepas dari tauladan oraang tuanya juga lingkungan pergaaulannya sehari-hari.
· Ajari anak bicara jujur, jangan berbohong dihadapan anak. Karena hal itu juga akan membentuk akhlaq anak menjadi pembohong.
· Jangan menghina, mengejek , merendahkan atau membicarakan kejelekan orang lain(ghibah)
· Biasakan mendegarkan pembicaraan anak sampai selesai, jangan membiasakan anak memotong pembicaraan orang lain
· Ajari anak berterimakasih, dan bersyukur kepada Allah sekecil apapun karunia Allah kepadanya.
.
2.3.3.4. Etika makan dan minum
· Memcuci tangan sebelum dan sesudah makan
· Membaca basmallah ketika hendak makan dan hamdallah setelai selesai makan.
· Ajari anak makan sersama-sama agar tumbuh nilai kebersamaan di dalam keluarga.
· Tidak berlebih-lebihan, sebagaimana firman Allah,
“ Dan makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan
.
· Makan dengan tangan kanan dan mengambil makanan yang terdekat dengannya.
.
* Tidak sambil bersandar atau berdiri.
· Tidak boleh mencela makanan malah dianjurkan memujinya.
· Tidak meniup minuman ketika sedang diminum.
· Rasulullah melarang anak kecil minum sambil berdiri.
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“ Janganlah diantara kamu minum sambil berdiri dan siapa yang lupa minum sambil berdiri hendaknya memuntahkannya.”
Dan dari Anas Ra bahwa Nabi SAW melarang minum sambil berdiri. Maka Qadatah berkata, “ Kami bertanya kepada Anas Ra,”Bagaimana dengan makan sambil berdiri ?’ Ia berkata,” itu lebih buruk ataui lebih jelek’.”
· Tidak boleh minum langsung dari tempat air.
2.3.3.6.Etika pergaaaulan sehari-hari
· Silaturahmi dengan keluarga.
· Menengok dan mendo’akan keluarga yang sakit
· Meminta maaf kalau punya kesalahan.
· Membiasakan memberi bukan meminta kecuali kepada orang tuanya.
· Membiasakan diri saling tolong menolong,dengan sesama saudara baik karena ikatan nasab ataupun ikatan iman.
· Dll
2.4. Pendidikan diniyaah paada usia 5-10 tahun :
Masa ini disebut TAMYIDZ, pada tahap ini anak mulai mengunakan
hidayah akalnya.Maka pada masa perkembangan ini orang tua menanamkan
tauhid melalui akal, pengalaman serta syare’at. Pada usia 7 tahunfiqh mulai
ditanamkan dan disiplinkanuntuk dilaksanakan sesuai ketentuaan fiqh.
2.4.1. Pendidikan Aqidah
Pendikan yang diberikan berupa penghujaman dari pengajaran yang telah disampaikan, paada masa ini anak di ajak untuk ikut meemikirkan & memahami ilmu tauhid yang telah sampai kepadanya.
· Menanamkan keyakinan Bahwa Allah yang menciptakan kita, menciptakan semua manusia dansemua makhluq serta menciptakan siang dan malam matahari dan bulan. Dialah yang menurunkan hujan dari langit.
· Ajaari juga hikmah dan tujuan kenapa Allah menciptakan makhluq.
· Ajarkan kepada anak kita bahwa agama yang benar adalah Islam, karena Islam merupaakan agama yang mentaauhidkan Allah,menta’atiNya daaan tidak menyelisihi perintaahnya.Ajak pulaa anak berpikir mengapa Allah menurunkan Agama Islam ke muka bumi.
· Ajaaari anaak tentang pokok-pokok agama
Bahwa Islam memiliki 3 landasan dasar yang harus diketahui dan amalkan setiap hamba :
- Seorang hamba harus mengenal Rabbnya.